Ada jalinan kisah cinta yang tak hanya diukur dari lamanya waktu bersama, tetapi dari dalamnya makna yang terukir di setiap detiknya. Selama 12 tahun dari pacaraan hingga menikah, kisahku sebagai sepasang suami istri merajut mimpi, membangun istana kebahagiaan bata demi bata, dengan cinta sebagai perekat utamanya. Namun, takdir terkadang menuliskan babak yang tak terduga, memisahkan raga namun tak mampu memupus rasa. Ini adalah kisah cinta ku tentang perjuangan melawan badai, dan keikhlasan melepas sang belahan jiwa kembali ke haribaan Sang Pencipta.

Awal Mula Benih Kasih Bertunas
Perjalanan kisahku dimulai seperti banyak kisah lainnya: pertemuan yang meninggalkan kesan, perkenalan yang menumbuhkan ketertarikan, hingga akhirnya janji suci terucap. Selama 12 tahun dari pacaraan hingga menikah, biduk rumah tangga kita diarungi dengan tawa, tangis, canda, dan dukungan tanpa henti. Setiap sudut rumah menjadi saksi bisu kehangatan cinta mereka, setiap momen menjadi kenangan berharga yang kelak akan menjadi harta karun tak ternilai. Kita bukan hanya sepasang suami istri, tetapi juga sahabat terbaik, belahan jiwa yang saling melengkapi.
Badai Itu Datang: Ujian Bernama Kanker Ovarium
Kebahagiaan itu kemudian diuji ketika istri tercintaku didiagnosis menderita kanker ovarium tahun Oktober 2023. Dunia seakan runtuh, namun cinta kita menjadi sauh yang kokoh. Dimulailah babak perjuangan yang menguras emosi, tenaga, dan air mata. Aku menjadi garda terdepan, pilar kekuatan bagi istriku. Saya slalu menemani setiap langkah pengobatan, menggenggam erat tangan istriku saat rasa sakit menyerang, membisikkan kata-kata semangat kala keputusasaan mencoba menyelinap.

Di tengah badai ini, cinta kita justru semakin bersinar. kita belajar arti ketegaran, kesabaran, dan kekuatan cinta yang sesungguhnya. Istriku menunjukkan semangat juang yang luar biasa, dihadapi dengan senyuman meski tubuhnya rapuh. Sedangkan aku belajar arti pengorbanan dan keikhlasan, merawat dengan penuh kasih sayang, memastikan setiap sisa waktu bersama menjadi berarti.
Senja di Pelupuk Mata: Perpisahan yang Tak Terhindarkan
Namun, Allah SWT memiliki rencana-Nya sendiri. Setelah perjuangan panjang, fisik istriku mencapai batasnya. Diiringi doa dan cinta yang tak terhingga dari saya tapat setelah satu minggu dari hari ulang tahunku, ia menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang, kembali menghadap Sang Khalik, sekaligus sebagai kado ulang tahun dari istriku dan masih saya ingat sampai sekarang kata-kata terakhir istriku untukku pada saat berikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku “Barakallah fii umrik Yah, Maaf Ya belum bisa menemanimu sampai akhir”. Sebuah kehilangan yang meninggalkan luka menganga di hati saya, sebuah kekosongan yang tak akan pernah bisa terisi oleh siapapun.
Rumah yang dulu penuh tawa kini terasa sunyi. Setiap benda, setiap sudut, membangkitkan gelombang kenangan akan sosok tercinta yang telah tiada. Air mata menjadi teman setia, namun di baliknya ada kekuatan yang tumbuh dari cinta yang pernah kita bagi.

Hidup dalam Kenangan, Merajut Doa
Kepergian almh istriku bukanlah akhir dari cinta kita. Bagi saya, 12 tahun dari pacaran hingga menikah merupakan kebersamaan adalah anugerah terindah yang akan selalu saya syukuri. Meskipun raga terpisah, cinta itu tetap hidup, bersemayam abadi di relung hati terdalam. Dan kini saya menjalani hari-harinya dengan membawa kenangan manis sebagai pelita. Senyum dari almh istriku, tawa renyahnya, kebaikannya, semangat juangnya – semua itu menjadi kekuatan bagiku untuk terus melangkah.
Saya belajar menerima takdir dengan ikhlas, memahami bahwa perpisahan ini hanyalah sementara. Saya merajut doa tanpa henti, berharap kelak dapat kembali dipertemukan dengan belahan jiwanya di surga-Nya. Kisah kita adalah bukti bahwa cinta sejati tak lekang oleh waktu, tak terhalang oleh ruang, dan bahkan tak terpisahkan oleh maut. Cinta itu kini bertransformasi menjadi doa, kenangan, dan warisan kebaikan yang akan terus hidup.
Kisah 12 tahun dari pacaran hingga menikah ini adalah sebuah kode untuk cinta abadi, sebuah pengingat bahwa di balik setiap kehilangan, ada pelajaran berharga tentang kekuatan cinta, ketegaran, dan keikhlasan dalam menerima ketetapan Illahi. Cinta kita mungkin telah mencapai senja di dunia, namun fajar keabadian menanti di kehidupan setelahnya.
setiap pertemuan pasti ada perpisahan, perpisahan itu bukanlah akhir maka semangat terus menjalani hidup. kelak di surga kalian akan bertemu.
Keep strong mas gupong